MAKALAH
MATERNITY NURSING I
ASKEP ANEMIA PADA IBU HAMIL
Di
Susun Oleh :
Kelompok 2
Ø Tiffani
Kumala D
Ø Tri
Yoga Sasmita
Ø Ayu
Novia
Ø Mince
Pati
Ø Sonia
Fransisca
Ø Guiofanio
Ø Saprianto
Samson
PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN SEMESTER V
STIKES WIDYAGAMA HUSADA
TAHUN AJARAN 2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan karuniaNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan anemia dan tak lupa pula
penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Dalam
makalah ini penulis membahas mengenai penyakit yang biasa bahkan sering kali
dijumpai pada kehidupan sehari hari khususnya pada ibu hamil yaitu penyakit
anemia serta membahas tentang penyebab,proses perjalanan penyakit tersebut
serta cara mengurangi resiko dari anemia tersebut khususnya pada ibu hamil
Harapan
penulis semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca sehingga dapat membantu
menunjang proses belajar para pembaca dan menjadi referensi bagi pembaca.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga tercipta pendidikan yang
sempurna.
Malang, 7 Oktober 2013
DAFTAR ISI
Halaman
Judul
............................................................................................ i
Kata
Pengantar............................................................................................ ii
Daftar
Isi....................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 4
B. Tujuan.............................................................................................. 5
C. Manfaat.............................................................................................5
BAB
II KONSEP ANEMIA PADA IBU HAMIL
A. Definisi.............................................................................................. 6
B. Etiologi
............................................................................................ 6
C. Klasifikasi Anemia Dalam
Kehamilan……………………………7
D. Tanda dan Gejala..............................................................................9
E. Patofisiologi........................................................................................9
F. Pemeriksaan Penunjang……………………………......................10
G. Penatalaksanaan Medis…………………………………………...11
H. Penatalaksanaan Keperawatan…………………………………..12
BAB
III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN ANEMIA
A.
Pengkajian……………………………………………………………..14
B.
Diagnosa
keperawatan………………………………………………...16
C.
Intervensi
Keperawatan………………………………………………17
D.
Evaluasi....................................................................................... ………26
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................... 27
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa kehamilan merupakan masa dimana tubuh
sangat membutuhkan asupan makan yang maksimal baik untuk jasmani maupun rohani
(selalu rileks dan tidak stress). Di masa-masa ini pula, wanita hamil sangat
rentan terhadap menurunnya kemampuan tubuh untuk bekerja secara maksimal.
Wanita hamil biasanya sering mengeluh sering letih, kepala pusing, sesak nafas,
wajah pucat dan berbagai macam keluhan lainnya. Semua keluhan tersebut
merupakan indikasi bahwa wanita hamil tersebut sedang menderita anemia pada masa kehamilan.
Penyakit ini
terjadi akibat rendahnya kandungan hemoglobin dalam tubuh semasa mengandung.
Anemia ini secara sederhana dapat kita artikan dengan kurangnya sel-sel darah
merah di dalam darah daripada biasanya.
Anemia pada
kehamilan di Indonesia masih tinggi, dengan angka nasional 65% yang setiap
daerah mempunyai variasi berbeda. Anemia gangguan medis yang paling umum
ditemui pada masa hamil, mempengaruhi sekurang – kurangnya 20% wanita hamil.
Wanita ini memiliki insiden komplikasi puerperal yang lebih tinggi, seperti infeksi,
daripada wanita hamil dengan nilai hematologi normal.
Anemia
menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen. Jantung berupaya
mengonpensasi kondisi ini dengan meningkatkan curah jantung. Upaya ini
meningkatkan kebebasan kerja jantung dan menekan fungsi ventricular. Dengan
demikian, anemia yang menyertai komplikasi lain (misalnya, preeklampsia) dapat
mengakibatkan jantung kongestif.
Apabila seorang
wanita mengalami anemia selama hamil, kehilangan darah pada saat ia melahirkan,
bahkan kalaupun minimal, tidak ditoleransi dengan baik. Ia berisiko membutuhkan
transfusi darah. Sekitar 80% kasus anemia pada masa hamil merupakan anemia tipe
defisiensi besi (Arias, 1993). Dua puluh persen (20%) sisanya mencakup kasus
anemia herediter dan berbagai variasi anemia didapat, termasuk anemia
defisiensi asam folat, anemia sel sabit dan talasemia.
B. TUJUAN
a.
Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana cara
mengatasi ibu hamil dengan kasus anemia selama kehamilan sehingga dapat menekan terjadinya
komplikasi lebih lanjut
b.
Tujuan Khusus
·
Mengetahui apa itu anemia dalam kehamilan
·
Mengetahui tanda dan gejala anemia dalam kehamilan
·
Mengetahui epidemiologi anemia dalam kehamilan
·
Mengetahui etiologi anemia dalam kehamilan
·
Mengetahui patofisiologi anemia dalam kehamilan
·
Mengetahui klasifikasi anemi dalam kehamilan
·
Mengetahui penatalaksanaan anemia dalam kehamilan
C. MANFAAT
· Bagi Mahasiswa
Makalah
ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa, sehingga
dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan.
·
Bagi Petugas Kesehatan
Makalah
ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petugas kesehatan khususnya bidan
dalam memberikan asuhan kebidanan.
BAB II
KONSEP ANEMIA PADA IBU HAMIL
A.
DEFINISI
Anemia adalah
suatu keadaan di mana jumlah eritrosit yang beredar atau konsentraisi
hemoglobin menurun. Sabagai akibat,ada penurunan trasportasi oksigan dari
paru-paru ke jaringan perifer. Selama kehamilan, anemia lazim terjadi dan
biasanya disebabkan oleh difesiensi besi, sekunder terhadap kehilangan darah
sebalumnya atau asupan besi yang tidak a jarang dekuat.
Anemia adalah
kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr%
(Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu
dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar
<10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Anemia dalam kehamilan yang
disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif mudah,
bahkan murah.
Anemia
diindikasikan bila hemoglobin ( Hb) kurang dari 12 g/dl pada wanita yang tidak
hamil atau kurang dari 10 g/dl pada wanita hamil.
B.
ETIOLOGI
Kebanyakan anemia
dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan
tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002). Menurut Mochtar
(1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
1.
Kurang gizi (malnutrisi)
2.
Kurang zat besi dalam diit
3.
Malabsorpsi
4.
Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan
lain-lain
5.
Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria
dan lain-lain
C.
KLASIFIKASI
ANEMIA DALAM KEHAMILAN
Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah
sebagai berikut:
1.
Anemia Defisiensi Zat Besi
anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah.
Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan
dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi.
a.
Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero
sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari
dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional
menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis
anemia (Saifuddin, 2002).
b.
Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan
akan zat besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran
pencernaan atau masa kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat
parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10
ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba,
2001).
Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi
besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat
lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil
muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan
alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan
III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut:
1)
Hb 11 gr% : Tidak anemia
2)
Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
3)
Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
4)
Hb < 7 gr% : Anemia berat
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu
rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg
diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk
meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan
dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori
akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan
2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama
kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi
sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil
(Manuaba, 2001).
2.
Anemia Megaloblastik
Anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali
karena kekurangan vitamin B12.
Pengobatannya:
a.
Asam folik 15 – 30 mg per hari
b.
Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
c.
Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
d.
Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga
dapat diberikan transfusi darah.
3.
Anemia Hipoplastik
Anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel
darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan
diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan
pemeriksaan retikulosi.
4.
Anemia Hemolitik
Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang
lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan
kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi
bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.
Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini.
Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini.
D.
GEJALA
ANEMIA PADA IBU HAMIL
Gejala anemia pada kehamilan yaitu:
Ibu mengeluh cepat lelah,
Sering pusing,
Mata berkunang-kunang,
Malaise,
Lidah luka,
Nafsu makan turun (anoreksia),
Konsentrasi hilang,
Nafas pendek (pada anemia parah); dan
Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.
E.
PATOFISIOLOGI ANEMIA PADA IBU HAMIL
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang
dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang
melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir,
masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan
sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting,.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting,.
F.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG LABORATORIUM PADA KEHAMILAN
1. Jumlah darah lengkap (JDL)
: hemoglobin dan hemalokrit menurun
2. Jumlah eritrosit : menurun
(AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH
(hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit
hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).
3. Jumlah retikulosit :
bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap
kehilangan darah/hemolisis).
4. Pewarna sel darah merah :
mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus
anemia).
5. LED : Peningkatan
menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel darah merah
: atau penyakit malignasi.
6. Masa hidup sel darah merah
: berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe anemia tertentu,
sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
7. SDP : jumlah sel total sama
dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun
(aplastik).
Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)
Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)
8. Hemoglobin elektroforesis :
mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi
Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi
9. Besi serum : tak ada (DB);
tinggi (hemolitik)
10. TBC serum : meningkat (DB)
11. Feritin serum : meningkat
(DB)
12. Masa perdarahan : memanjang
(aplastik)
13. LDH serum : menurun (DB)
14. Tes schilling : penurunan
eksresi vitamin B12 urine (AP)
15. Guaiak : mungkin positif
untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut /
kronis (DB).
16. Analisa gaster : penurunan
sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas (AP).
17. Aspirasi sumsum
tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran,
dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas
(AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).
18. Pemeriksaan andoskopik dan
radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI (Doenges, 1999).
G.
PENATALAKSANAAN
MEDIS
Tindakan umum :
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
1. Anemia defisiensi besi
Penatalaksanaan :
Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.
Pemberian preparat fe
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan transfusi darah.
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
1. Anemia defisiensi besi
Penatalaksanaan :
Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.
Pemberian preparat fe
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan transfusi darah.
H.
PENATALAKSANAAN
KEPERAWATAN
A.
Pada saat kunjungan awal, kaji riwayat
pasien
1.
Telusuri riwayat anemia, masalah pembekuan darah, penyakit sel
sabit, anemia glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD), atau peyakit hemolitik
herediter lain.
2.
Kaji riwayat keluarga
B.
Lakukan hitungan darah lengkap pada
kunjungan awal.
1. Morfologi
a.
Morfologi normal menunjukkan sel darah merah (SDM) yang sehat dan
matang
b.
SDM mikrositik hipokrom menunjukkan anemia defisiensi zat
besi
c.
SDM makrositik hipokrom menunjukkan anemia pernisiosa
2.
Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrin (Ht) pada kehamilan
a.
Kadar Hb lebih dari 13 g/dl dengan Ht lebih dari 40% dapat
menunjukkan hipovolemia. Waspada dehidrasi dan preklamsi
b.
Kadar Hb 11,5-13 g/dl dengan Ht 34%-40% menunjukkan keadaan yang
normal dan sehat.
c.
Kadar Hb 10,5-11,5 g/dl dengan Ht 31%-32% menunjukkan kadar
yang rendah, namun masih normal.
d.
Kadar Hb 10 g/dl disertai Ht 30% menunjukkan anemia
(1) Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi,atau keduanya
(2) Berikan suplemen zat besi 1 atau 2 kali/hari, atau satu
kapsul time-release, seperti Slow-Fe setiap hari
e.
Kadar Hb < 9-10 g/dl dengan Ht 27%-30% dapat menunjukkan
anemia megaloblastik.
(1) Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling diet.
(2) Rekomendasikan pemberian suplemen ferum-sulfat 325 mg per oral, 2
atau 3 kali/hari.
f.
Kadar Hb <9g/dl dengan Ht <27% atau anemia yang tidak
berespon terhadap pengobatan di atas, diperlukan langkah-langkah berikut:
(1) Periksa adanya pendarahan samara tau infeksi.
(2) Pertimbangkan untuk melakukan uji laboratorium berikut:
(a)
Hb dan Ht (untuk meyingkirkan kesalahan laboratorium)
(b) Kadar kosentrasizat besi serum
(c)
Kapasitas pegikat zat besi
(d) Hitung jenis sel (SDP dan SDM)
(e)
Hitung retikulosit (untuk megukur produksi eritrosit)
(f)
Hitung trombosit
(g) uji guaiac pada feses untuk medeteksi pendarahan samar
(h) Kultur feses untuk memeriksa telur dan parasit
(i)
Skrining G6PD (lahat panduan untuk anemia: Hemolitik didapat) bila
klien keturunan Afika-Amerika.
(3) Konsultasikan dengan dokter
(4) Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi.
C.
Bila pasien hamil, periksa kadar hematokrin pda awal kunjungan ,
yaitu 28 minggu kehamilan dan 4 minggu setelah memulai terapi.
1.
Atasi tanda-tanda anemia (sesuai informasi sebelumnya pada poin
IV-Penatalaksanaan B2).
2.
Konsultasikan ke dokter bila:
a.
Terdapat penurunan Ht yang menetap walaupun sudah mendapat
terapi
b.
Terdapat penurunan yang signifikan, dibandingkan dengan hasil
sebelumnya (singkirkan kesalahan labotaturium).
c.
Tidak berespons trhadap terapi setelah 4-6 minggu
d.
Kadar Hb <9,0 g/dl atau Ht <27%.
.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL
DENGAN ANEMIA
A.
PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar
dalam proses keperawatan secara menyeluru(Boedihartono, 1994).
Pengkajian
pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
1.
Aktivitas
/ istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise
umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi
terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea
pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan
kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan.
Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan
tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan
diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia :
abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T;
takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat
pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar
kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai
keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon
terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler
melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku
: mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering,
mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
3.
Integritas
ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya
mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.
4. Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
5. Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
6. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi
cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal.
Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari
lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar,
dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8. Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9. Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil,
berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).
10. Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
B.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
2. Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
mencerna makanan
3. Resiko
infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat (mis:
penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi)
4.
Konstipasi
berhubungan dengan perubahan pada pola makan.
C.
INTERVENSI
KEPERAWATAN
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan/Kriteria hasil
|
Intevensi
|
Rasional
|
|
1.
|
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
|
Melaporkan
peningkatan toleransi aktivitas(termasuk aktivitas sehari-hari.
|
1.
Kaji
kemampuan pasien untuk melakukan untuk melakukan tugas/AKS normal.
2.
Kaji
kehilangan/gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot.
3.
Awasi
tekanan darah, nadi, pernapasan selama dan sesudah aktivitas.
4.
Berikan
lingkungan tenang.
5.
Ubah
posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing.
6.
Anjurkan
pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi.
|
1.
Mempengaruhi
pilihan intervensi/bantuan
2.
Menunjukkan
perubahan neurologi karena defesiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan
pasien/resiko cedera.
3.
Manifestasi
kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen
adekuat ke jaringan.
4.
Meningkatkan
istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan
jantung dan paru.
5.
Hipotensi
postural atau hipoksia serebral dapat menyebabkan pusing, berdenyut dan
peningkatan resiko cedera.
6.
Regangan/stres
kardiopulmonal berlebihan/stres dapat menimbulkan kegagalan.
|
|
2.
|
Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
mencerna makanan.
|
Menunjukkan
peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium
normal.
|
1.
Kaji
riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.
2.
Observasi
dan catat masukan makanan pasien.
3.
Timbang
berat badan tiap hari.
4.
Berikan
makan sedikit dan frekuensi sering dan/atau makan diantara waktu makan.
5.
Observasi
dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan gejala lain yang berhubungan.
6.
Berikan
dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat
gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang
diencerkan bila mukosa oral luka.
7.
Kolaborasi
:
1.Berikan
obat sesuai indikasi, mis.Vitamin dan suplemen mineral, seperti
sianokobalamin (vitamin B12), asam folat (Flovite); asam askorbat (vitamin
C),
2.Besi
dextran (IM/IV.)
|
1.
Mengidentifikasi
defisiensi, menduga kemungkinan intervensi.
2.
Mengawasi
masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
3.
Mengawasi
penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
4.
Makan
sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah
distensi gaster.
5.
Gejala
GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
6.
Meningkatkan
nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan
kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila
jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
7.
Kolaborasi
:
1.
Kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan/atau adanya masukan
oral yang buruk dan defisiensi yag diidentifikasi.
2.
Diberikan
sampai defisit diperkirakan teratasi dan disimpan untuk yang tak dapat
diabsorpsi atau terapi besi oral, atau bila kehilangan darah terlalu cepat
untuk penggantian oral menjadi efektif.
|
|
3.
|
Resiko
infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat (mis:
penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi).
|
Mngidentifikasi
perilaku untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.
|
1.
Tingkatkan
cuci tangan yang baik oleh oemberi perawatan dan pasien.
2.
Pertahankan
teknik aseptic ketat pada prosedur/ perawatan luka.
3.
Tingkatkan
masukan cairan adekuat.
4.
Pantau
suhu, catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam
5.
Kolaborasi:
berikan antiseptic topical, antibiotic sistemik.
|
1.
Mencegah
kontaminasi silang.
2.
Menurunkan
resiko infeksi bakteri.
3.
Membantu
dalam pengenceran secret pernafasan untuk mempermudah pengeluaran dan
mencegah statis cairan tubuh.
4.
Adnya
proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan.
5.
Mungkin
digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk
pengobatan proses infeksi local.
|
|
4.
|
Konstipasi
berhubungan dengan perubahan pada pola makan.
|
Membuat/kembali
pola normal dari fungsi usus.
|
1.
Observasi
warna feses, konsistensi, frekuensi, dan jumlah.
2.
Auskultas
bunyi usus
3.
Awasi
masukan dan haluaran dengan perhatian khusus pada makanan/cairan.
4.
Kaji
kondisi kulit perianal dengan sering.
5.
Kolaborasi:
berikan obat anti diare, misalnya: difenoxsilat hidroklorida.
|
1.
Membantu
mengidentifikasi penyebab/ factor pemberat dan intervensi yang tepat.
2.
Bunyi
usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi.
3.
Dapat
mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam
mengidentifikasi defisiensi diet.
4.
Mencegah
ekskoriasi kulit dan kerusakan kulit.
5.
Menurunkan
multilitas usus bila diare terjadi.
|
D.
EVALUASI
1. Terjadi
penurunan tanda fisiologis intoleransi, mis, nadi, pernapasan, dan TD masih
dalamrentang normal pasien.
2. Tidak
ada tanda terjadinya malnutrisi. Klien menunjukan perilaku, perubahan pola
hidup untuk meningkatkan dan/atau mempertahankan berat
badan yang sesuai.
3.
Perilaku
untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi dapat diidentifikasi.
4.
Fungsi
usus mulai kembali normal.
DAFTAR
PUSTAKA
Morgan
Geri, dkk. 2009. Obstetri dan Ginekologi Pansuan Praktik. Jakarta: EGC.
Loowdermilk,dkk.2005.Buku
Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC.
Taber
Ben-zion,M,D.1994.Kapita Selekta Kedaruratan Obstet dan Ginekologi.Jakarta:EGC.
Prawirohardjo,
Sarwono.2006.Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Meternal dan Neonatal.Jakarta:Yayasan
Bina Pustaka.
Doenges,
Marilynn E,dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC.
Nanda.2009.Diagnosa
Keperawatan 2009-2011.Jakarta:EGC.
Manuaba,
Ida Bagus Gde.2001.Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi
dan KB.Jakarta:EGC